Candi Cetho
Tentang
Candi Cetho, yang terletak di lereng Gunung Lawu, merupakan peninggalan bersejarah dari masa akhir pemerintahan Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-15 Masehi. Berlokasi di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, candi ini memiliki daya tarik yang memikat para pengunjung.
Saat pertama kali ditemukan, candi ini berupa reruntuhan batu pada 14 teras, dan saat ini tersisa 13 teras yang tersusun dari barat ke timur. Semakin belakang pola susunannya semakin tinggi dan dianggap paling suci. Setiap halaman teras dihubungkan oleh sejumlah pintu dan jalan setapak.
Meskipun namanya tidak setenar Candi Borobudur atau Prambanan, berwisata ke Candi Cetho akan memberikan pengalaman yang menyenangkan untuk mempelajari kembali sejarah dan kebudayaan di Jawa Tengah. Jadi, jika Anda berada di Karanganyar, jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi Candi Cetho yang mempesona ini.
Daya Tarik
Candi Cetho, yang terletak di lereng Gunung Lawu, memiliki daya tarik yang memikat para pengunjung. Berikut beberapa informasi menarik tentang Candi Cetho :
1. Struktur Berteras-Teras
Kawasan Candi Cetho memiliki struktur berteras-teras atau punden berundak. Saat pertama kali ditemukan, candi ini berupa reruntuhan batu pada 14 teras, dan saat ini tersisa 13 teras yang tersusun dari barat ke timur. Semakin belakang pola susunannya semakin tinggi dan dianggap paling suci. Setiap halaman teras dihubungkan oleh sejumlah pintu dan jalan setapak.
2. Arca dan Relief
- Di Candi Cetho, pengunjung dapat melihat berbagai arca dan relief dengan tema Hindu. Beberapa di antaranya termasuk :
- Nyai Gemang Arum, terdapat di sisi timur teras dan merupakan arca yang menarik perhatian.
- Garuda dan Kura-Kura, pada teras kedua, terdapat susunan batu membentuk garuda terbang. Di bagian punggung garuda, ada susunan batu yang membentuk kura-kura, yang menjadi simbol dunia bawah.
Relief Kidung Sudamala, terdapat pada teras keempat dengan gambar hewan dan manusia.
3. Tempat Sembahyang
Candi Cetho masih digunakan oleh umat Hindu untuk sembahyang, terutama pada momen Kuningan dan Galungan. Selain itu, candi ini juga menjadi tempat pertapaan bagi penganut kepercayaan Kejawen.